Setiap negara pasti memiliki ciri khasnya masing-masing, mulai dari makanan, budaya, bahasa hingga gaya hidupnya. Begitu pula dengan Turki, negri yang mashyur dengan sebutan dua benua ini memiliki gaya hidup yang cukup khas, di liputan kali ini saya akan mengulas secara singkat beberapa gaya hidup masyarakat Turki pada umumnya.
Sebelum membahas lebih lanjut, pengertian dari gaya hidup itu sendiri menurut, Plummer, ialah cara indvidu yang diidentifikasikan oleh bagaimana cara menghabiskan waktu mereka dengan melakukan apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya.
Di Turki sendiri ada beberapa gaya hidup yang cukup menarik untuk ditelisik lebih jauh beberapa di antaranya bahkan bisa menjadi contoh untuk kita teladani. Berikut enam gaya hidup masyarakat Turki yang sebagiannya adalah hasil wawancara saya dengan beberapa narasumber yang sudah lebih lama bermukim di sini.
1. Menjadikan doa sebagai percakapan sehari-hari
Biasanya pengucapan selamat pagi, selamat siang, bahkan selamat makan adalah frasa yang jarang diucapkan oleh masyarakat Indonesia dalam kesehariannya. Beerbeda dengan masyarakat Turki, mereka sering mengucapkan günaydın (Selamat pagi), kolay gelsin (Semoga urusanmu dimudahkan), afiyet olsun ( Selamat menikmati makananmu), iyi şanslar (Semoga berhasil), dan frasa-frasa lainnya yang tidak hanya frasa biasa, namun begitu banyak frasa yang mengandung doa seperti kolay gelsin, iyi şanslar. Hal ini cukup menarik dan bisa kita teladani, mengingat komunikasi merupakan salah satu kunci penting dalam membangun hubungan yang sehat, salah satunya dengan pembiasaan penggunaan diksi kata yang baik.
2. Penyayang binatang
Ketika saya mewawancarai dua orang mahasiswa Indonesia di Turki, yaitu, Arya dan Nisrun mereka berpendapat, hampir semua masyarakat di Turki sangat ramah terhadap hewan-hewan tidak hanya kucing yang mana Turki yang dikenal sebagai negeri dengan kucing-kucing gembul dan lucu namun anjing, burung- burung dan hewan lainnya juga dapat perhatiaan yang sama.
Ada banyak orang-orang yang sengaja memberikan makanan kepada hewan-hewan liar, bahkan di Istanbul dan kota-kota lainnya ada banyak rumah-rumah kecil yang berisikan kain tipis dan makanan serta minuman yang tergeletak sembarangan di pinggir jalan, hal tersebut guna untuk menampung para anjing dan kucing liar untuk berteduh dan menepi. Selain ituu, kucing-kusing di sini bisa dengan leluasa tidur dan masuk tempat ibadah, rumah makan dan toko-toko umum lainnya. Mereka diberi kenyamanan hidup yang sama.
Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Turki sangat menyayangi binatang, karena memang sejatinya manusia dan hewan merupakan makhluk yang hidup berdampingan, maka sudah sepantasnya kita memperlakukan hewan dengan baik pula atau minimal kita tidak menyakitinya.
3. Minat baca yang cukup tinggi
Sebagaimana pepatah yang mengatakan bahwa buku merupakan jendela dunia, ketika kita membaca buku, maka wawasan kita akan luas, karena buku merupakan sumber informasi yang menyebabkan kita tahu banyak hal seperti, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya di dunia. Namun sayangnya, banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak bisa membaca seperti kendala ekonomi, sehingga tidak bisa bersekolah dan membeli buku atau karena faktor lingkungan sosial yang menyebabkan manusia tersebut cenderung berminat pada hal selain buku.
Berbeda dengan Turki yang semenjak jaman Kesultanan Usmani hingga sekarang, buku dan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Banyak tempat bernama kıraathane (tempat membaca) yang mirip dengan kedai kopi, di mana tempat tersebut terdapat surat kabar, majalah, dan buku yang dapat dinikmati bersama teh dan kopi. Kıraathane banyak ditemukan di kota-kota yang ada di Turki. Hal ini menjadi sisi yang unik untuk dapat menarik minat baca seseorang.
Buku-buku yang dijual di Turki juga relatif murah, bahkan ada buku tebal best-seller yang dijual kisaran di atas Rp 5.000. dalam kurs Rupiah. Suatu hal yang patut untuk kita teladani dalam upaya menaikkan minat terhadap membaca. Menyediakan akses bacaan secara meluas dan memberi harga yang terjangkau sehingga bisa dinikmati oleh berbagai kalangan.
4. Nyaringnya suara nasionalisme
Memiliki jiwa nasionalisme yang kuat merupakan salah satu indikator kejayaan suatu bangsa, di mana masyarakatnya antusias dan saling bahu membahu untuk mengerahkan segenap upaya demi mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas bangsa tersebut.
Jiwa ini cukup kental dalam setiap masyarakat Turki, hal ini tercermin dari kuatnya mereka akan eksistensi bahasa Turki di negaranya. Orang dari negara lain yang ingin mengenyam pendidikan atau bekerja di Turki harus bisa berbahasa turki, meskipun tidak semua, namun mayoritasnya seperti itu. Itulah mengapa kebanyakan mereka tidak bisa berbahasa inggris dan mewajibkan orang-oraang asing termasuk pelajar untuk paling tidak mengerti bahasa Turki untuk kehidupan sehari-hari, sebab kebanyakan masyarakat sipil di sini tidak mahir berbahasa lain selain bahasa Turki itu sendiri.
Tak hanya itu, mereka juga cenderung mandiri dalam memproduksi suatu barang. Seperti yang di bahas oleh Tempo.co dalam beritanya yang berjudul “Erdogan Bangga Turki Mampu Produksi Mobil Dalam Negeri”. Di sana dikatakan bahwa pada bulan Desenber 2019 Turki meluncurkan prototipe mobil dalam negeri pertama Turki, yakni SUV yang akan menjadi mobil pertama yang disertifikasi made in Turkey dan diprkirakan akan diluncurkan tahun 2022.
Dalam berita Anadolu Agency juga mengatakan bahwa terdapat 7 perusahaan pertahanan Turki masuk Defense News Top 100 pada tahun 2020. Industri pertahanan mandiri tersebut meliputi produk drone, done bersenjata, hingga kendaraan tempur.
"Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka."
5. Bijaksana dalam menyikapi anak kecil yang bermain di masjid
Mirisnya, sebagian masyarakat Indonesia masih menerapkan sistem “tebang pilih” untuk siapa saja yang sholat di masjid. Jika ada anak-anak yang bermain di masjid dan menciptakan suasana keramaian, maka mereka akan dipaksa menghentikan permainannya atau “diusir” untuk bermain di luar masjid.
Padahal Rasulullah SAW sudah memberikan teladan yang baik untuk menghadapi sikap anak kecil di masjid, seperti pada kisah Rasulullah SAW yang pernah turun dari mimbar untuk mendekati cucunya yang tengah berlarian di area masjid, lantas menggendongnya dan kembali melanjutkan khutbah. Rasulullah SAW juga pernah memberi isyarat kepada sahabat yang hendak melarang Hasan-Husein yang bermain menaiki punggung Rasulullah SAW saat sedang sujud dalam sholat.
Di Turki pun sama, mereka membiarkan anak-anak bermain di masjid, bahkan saat bulan ramadan tiba, biasanya terdapat satu orang yang menghibur anak-anak dengan memberinya balon serta coklat yang diberikan kepada mereka. Hal ini membuat anak-anak betah untuk berada di masjid bersama teman-temannya.
Ini merupakan contoh baik yang bisa kita teladani, karena siapa lagi yang akan meneruskan kebiasaan kita untuk sholat berjamaah di masjid kalau kita malah melarang mereka untuk datang ke dalam masjid? Masalah pemahaman memang dibutuhkan proses untuk mencapainya yang terpenting selalu ada upaya dalam proses pembelajaran.
6. Melakukan apapun demi mendapatkan “Apel Merah”
Darah Turki Usmani untuk dapat mendapatkan “Apel Merah”, yakni Konstantinopel melekat hingga generasi bangsa turki saat ini. Ambisius masyarakat turki usmani terhadap penaklukan Konstantinopel mereka lakukan bertahun-tahun demi merealisasikan visi Rasulullah SAW tersebut.
Orang-orang turki terkenal dengan sifatnya yang ambisius dan teguh pendirian terhadap apa yang ingin mereka tujukan. Bahkan, dalam urusan cintapun begitu, mereka akan merelakan apapun demi mendapatkan kekasih yang mereka inginkan. Terdapat banyak pengalaman yang terjadi pada perempuan-perempuan Indonesia yang dikagumi oleh pria turki rela datang ke Indonesia atau membelikan tiket pesawat si perempuan Indonesia agar dapat melangsungkan pernikahan mereka.
Gaya hidup terakhir yang patut kita teladani ini adalah berhubungan dengan visi atau tujuan hidup. Karena visi adalah elemen penting untuk menciptakan “why” diri kita pada hidup kita. Ketika kita sudah mengetahui visi hidup kita, maka segala lika liku luka kehidupan akan ia hadapi, kita akan terus melakoninya hingga sampai di garis akhir.
Itulah, enam gaya hidup masyarakat Turki yang bisa diteladani dalam keseharian hidup kita. Semoga dengan contoh di atas tadi kita bisa lebih mengoptimalkan perbuatan-perbuatan baik dan mengimplementasikannya di kehidupan sehari-hari.