Secara lahiriah mungkin kehadiran Raden Ajeng Kartini sudah tidak bisa kita rasakan secara langsung di era kontemporer ini. Namun, secara batiniah dari mulai perjuangan, semangat, dan pandangan hidup serta pemikirannya masih hadir membersamai kita semua. Hal tersebut lantaran, munculnya wanita-wanita dengan pemahaman yang sama dengan Kartini di era kontemporer, menolak takluk dari budaya patriarki.
Hal ini dapat kita lihat dari rekam jejak lahirnya banyak tokoh perempuan Indonesia berjiwa Kartini yang hadir membersamai pada masanya masing-masing. Menjadi Kartini di masa yang serba cepat, canggih, akurat, dan tanpa batas ini tentu memerlukan usaha, semangat, dan pengorbanan yang lebih dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Oleh karenanya, Kartini di era saat ini tentu bukan perempuan loyo, yang mudah takluk dan menyerah pada keadaan, melainkan mereka yang tetap tabah, tangguh, dan berani menghadapi setiap situasi dan kondisi. Selain itu, Kartini zaman now juga perlu melek digital dan mengikuti perkembangan teknologi, agar tidak mudah diperbudak oleh teknologi.
Di era saat ini, perempuan juga diharapkan untuk tidak takut mencoba hal-hal baru yang tentu saja memiliki nilai positif. Selain memantik semangat belajar dan bekerja, hal ini juga akan meningkatkan kemampuan dalam mengelola sesuatu hal, termasuk menjalankan roda organisasi berbasis perempuan.
Berangkat dari semangat dan dorongan yang sama, kemudian lahirlah beberapa organisasi dan komunitas perempuan Indonesia di Turki. Selain sebagai ruang perjumpaan untuk silaturahmi, tentu beberapa organisasi dan komunitas perempuan ini terbentuk untuk berupaya juga menggaungkan semangat dan perjuangan kaum perempuan di era kontemporer.
Namun, di balik itu semua, mereka tetap berupaya saling mengingatkan satu sama lain agar tidak lupa kodratnya sebagai perempuan. Yakni, melahirkan dan mendidik anak-anak agar menjadi generasi penerus yang teguh, tabah, dan berani.
Selaras dengan hal tersebut, juga adanya peningkatan signifikan jumlah WNI terutama perempuan Indonesia Turki. Maka, kemudian muncul beberapa organisasi berbasis perempuan di antaranya RANIA (Rumah Muslimah Indonesia) Turki, Majelis Taklim Annisa, Fatayat NU Turki, Dharma Wanita Persatuan KJRI Istanbul, dan Dharma Wanita Persatuan KBRI Ankara.
Setiap organisasi tersebut memiliki ruang gerak dan arah perjuangannya masing-masing. Seperti RANIA sendiri didirikan untuk menyatukan setiap potensi dari berbagai unsur yang ada seperti ibu rumah tangga, mahasiswi, pelajar, dan pekerja. Yang memiliki semangat bersama untuk menjadi perempuan muslimah yang cerdas, mandiri, dan berdaya.
Berikutnya Majelis Taklim Annisa, sesuai namanya perkumpulan ini dibuat sebagai majelis silaturahmi dan berbagi ilmu bagi para perempuan Indonesia di Turki, khususnya bagi mereka yang berdomisili di Istanbul. Majelis ini memiliki tujuan untuk menyebarkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin. Karena itu, dalam aktivitasnya majelis ini fokus dalam kegiatan pengajian dan sharing terkait ilmu keislaman.
Fatayat NU Turki, merupakan bagian dari PCINU Turki (Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Turki). Organisasi ini berisi para mahasiswi dan perempuan-perempuan muda lainnya yang sedang berjuang di Turki. Organisasi ini memiliki visi untuk mampu menerjemahkan Islam sebagai rahmat bagi perempuan dan laki-laki dengan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan tatanan kehidupan yang setara dan adil di keluarga, masyarakat, negara, dan dunia.
Hadir juga PCI AISYIYAH Turki, yang merupakan komponen perempuan PCIM Turki. Sama seperti Fatayat Nu Turki, PCI AISYIYAH Turki juga berisi para mahasiswi dan perempuan-perempuan yang tergabung dalam Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Turki.
Ada pula Dharma Wanita Persatuan KBRI Ankara, yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Merupakan organisasi non-politik yang beranggotakan istri pegawai Aparatur Sipil Negara yang profesional untuk memperkuat peran serta perempuan dalam pembangunan bangsa.
https://www.facebook.com/people/Dharma-Wanita-Persatuan-%C4%B0stanbul/100066625000414/
Selain itu, di Istanbul hadir juga Dharma Wanita Persatuan KJRI Istanbul yang kurang lebih memiliki fokus dan arah perjuangan yang sama dengan DWP KBRI Ankara.
Dengan demikian, hadirnya peran perempuan dari berbagai sisi dan fokus yang berbeda, tentu membuka peluang untuk berkolaborasi bersama dalam menciptakan harmonisasi di era kontemporer. Sebab, tanpa adanya kerja sama yang baik antara satu elemen dengan elemen lainnya, maka tujuan dan cita-cita bersama sebagai kesatuan bangsa akan sulit terwujud.
Selaras dengan itu, Penulis pernah merasakan sendiri bersilaturrahmi, bercengkrama, dan membaur bersama dengan organisasi-organisasi perempuan Indonesia di Turki yang telah disebutkan di atas.
Terakhir, Penulis hadir pada kegiatan “Halal bi Halal Majelis Taklim Annisa Istanbul Bersama Mahasiswa” yang dilaksanakan pada hari Minggu, 30 April 2023 / Ahad, 10 Syawal 1444 H di Ayvansaray – Haliç Park dan dihadiri juga oleh beberapa organisasi yang ada di Turki di antaranya PPI Turki, PPI Istanbul, Madrasah Fatih, IKPM Turki, PCINU Turki, PCIM Turki, Rania Turki, dan lain sebagainya.
Acara tersebut merupakan satu dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi-organisasi perempuan Indonesia di Turki. Bahwa para perempuan Indonesia di Turki tidak sedang duduk manis di tempat tinggal mereka masing-masing, melainkan terus berjuang untuk mengkolaborasikan dan mengelaborasikan seluruh potensi yang ada.
Seperti kata Raden Ajeng Kartini, “Perempuan adalah pembawa peradaban.” Perempuan adalah awal mula lahirnya kehidupan, tanpa perempuan mungkin kita tidak eksis di dunia ini.
Dengan demikian, perempuan adalah bagian penting dalam sejarah perjalanan kehidupan manusia. Untuk itu, tetaplah berjuang, tetap eksis, berkembang dan bertumbuh para perempuan tangguh di manapun kalian berada!
Penulis: A. Fikri Amiruddin Ihsani
Editor: Baira Rahayu
Keren, Semangat terus konstantinesia!
BalasHapus