Sisi Gelap Di Balik Gemerlapnya Kehidupan Amerika Serikat

Sumber : oneworldtravels.co.uk

        Akhir-akhir ini sedang marak isu tentang tunawisma di negara paling adidaya di dunia saat ini, Amerika Serikat. Di balik gemerlapnya kehidupan di negara terkaya ini, ternyata banyak sisi gelap yang menyelimutinya. Berita tentang seriusnya masalah tunawisma di Amerika ini sedang menjadi hot issue akhir-akhir ini di berbagai media sosial. Beberapa influencer Indonesia yang tinggal di Amerika juga sudah banyak membuat konten yang menampilkan tingginya tingkat tunawisma di sana. Sebenarnya, seberapa parahkah tingkat tunawisma atau homeless people di Amerika? Dan apa yang menjadi penyebab masalah ini?

        Menurut laporan terkini pada Mei 2023 yang dilansir dari situs EarthWeb, ada sekitar 326.126 orang yang tinggal di perumahan transisi dan penampungan tunawisma. Angka ini belum termasuk orang-orang yang terlantar (unsheltered people). Data Statistik menunjukkan bahwa tingkat tunawisma di Amerika naik turun sejak tahun 2007. Mencapai tingkat tertingginya pada tahun 2007, dengan angka 647.258 orang. Titik terendahnya pada tahun  2016, dengan angka 549.928 orang. Mirisnya, angka itu cenderung naik hingga saat ini.

        Di tahun 2020, ada sekitar 580.466 orang tunawisma di Amerika, setara dengan hampir 0,18% dari total populasi. Diantara angka-angka ini, 35%-nya adalah orang-orang terlantar (unsheltered people). Kebanyakan dari mereka terlantar secara individual (69%), sedangkan sisanya merupakan keluarga dengan anak-anaknya (31%). Orang-orang terlantar (unsheltered homeless people) disini merupakan bentuk tunawisma yang paling ekstrim dan paling mudah untuk dilihat, dimana mereka tidur di tempat yang sangat tidak layak, seperti di pinggir jalan, di mobil, ataupun tenda. Tentunya, dengan keadaan seperti itu, mereka sangatlah rawan untuk menjadi korban kejahatan dan hal ini juga dapat menimbulkan resiko serius bagi kesehatan dan keselamatan mereka.

        Kasus tunawisma di Amerika Serikat tersebar di beberapa negara bagian di berbagai wilayah. Melansir dari data yang disusun oleh the U.S. Department of Housing and Urban Development (HUD) pada 2022, negara bagian dengan tingkat tunawisma tertinggi dihitung per 10.000 orang adalah adalah Washington DC (66), disusul dengan California (44), lalu Virginia (43), Oregon (42), dan Hawaii (41). Sedangkan jika menilik angka, California adalah negara bagian dengan angka tunawisma tertinggi dengan 171.521 orang.

Sumber : www.thetimes.co.uk

Apa penyebab tingginya kasus tunawisma di Amerika Serikat?

        Setelah melihat data-data di atas yang sangat mengherankan adalah mengapa bisa Amerika serikat, negara adidaya di dunia memiliki penduduk dengan tingkat tunawisma setinggi itu. Rangkuman dibawah ini mungkin bisa memberikan kita gambaran penyebab dari parahnya tunawisma di negeri Paman Sam ini.

1. Kemiskinan

        Kemiskinan merupakan isu yang terjadi di hampir seluruh negara, tak terkecuali Amerika Serikat. Walaupun AS merupakan negara dengan ekonomi terkuat di dunia, negara ini juga merupakan salah satu negara dengan kesenjangan ekonomi terbesar antara si miskin dan si kaya. Upah yang stagnan, pengangguran, dan biaya perumahan juga perawatan kesehatan yang tinggi, merupakan beberapa faktor besar yang berperan dalam tingginya tingkat kemiskinan di AS.

2. Kurangnya ketersediaan rumah dengan harga terjangkau

        Survei global dari Lincoln Institute of Land Policy menunjukkan bahwa dari 200 kota yang disurvei 90% nya dianggap tidak terjangkau (unaffordable). Dengan mahalnya harga tempat tinggal, akan berdampak pada tingginya angka tunawisma yang ada.

3. Kurangnya ketersediaan fasilitas kesehatan yang murah

        Ketika fasilitas Kesehatan sangat mahal dan banyak orang yang tidak mampu membeli asuransi menjadi masalah yang pelik di Amerika. Hal ini berarti tiap orang harus menghabiskan banyak uang untuk perawatan kesehatan sambil berjuang untuk membayar sewa, makanan, dan keperluan lainnya. Dengan mahalnya fasilitas Kesehatan, suatu kecelakaan atau cedera serius saja, bisa mendorong seseorang untuk menjadi seorang tunawisma.

4. Kurangnya layanan kesehatan mental dan adiksi obat-obatan

        Hubungan dua arah antara isu tunawisma (homelessness), adiksi, dan mental illness adalah nyata adanya. Di AS 30% dari orang yang dianggap tergolong sebagai chronically homeless mengalami masalah pada Kesehatan mental. Pada 2017, the National Coalition for the Homeless menemukan bahwa 38% tunawisma memiliki ketergantungan pada alkohol. Sedangkan, 26% dari mereka bergantung pada zat-zat atau obat-obatan lainnya. Isu kesehatan mental dan ketergantungan obat-obatan membuat orang makin sulit untuk menemukan pekerjaan, menjaga hubungan, dan mengakses layanan yang ada. Di sisi lain keadaan mereka sebagai tunawisma makin memperburuk kesehatan mental dan tingkat adiksi mereka pada zat-zat tersebut.

5. Relationship breakdown

        Kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, konflik keluarga, dan bentuk kerusakan hubungan lainnya dapat mendorong seseorang untuk menjadi tunawisma. Beberapa orang terpaksa melarikan diri dari situasi yang kasar atau tidak aman di rumah mereka dan berakhir di jalanan atau di tempat penampungan. Beberapa orang kehilangan jaringan pendukung atau sumber pendapatan dan berjuang untuk menemukan tempat tinggal baru. Beberapa anak muda diusir dari rumah mereka atau melarikan diri karena masalah keluarga.

Sumber : quora.com/profile/Okta-Koulapic

Tingkat tunawisma di berbagai belahan dunia lainnya

        Melihat data dari World Population Review pada tahun 2023, Amerika sendiri termasuk negara dengan tingkat tunawisma yang cukup tinggi dengan 561.715 orang. Sedangkan untuk negara dengan tingkat tunawisma tertinggi sendiri adalah Nigeria dengan sekitar 24,4 juta penduduknya tergolong sebagai homeless people. Disusul dengan Pakistan dengan 20 juta orang, Mesir dengan 12 juta orang, Syria dengan 6,5 juta orang, dan Republik Demokratik Kongo dengan 5,3 juta orang. Tingginya tingkat tunawisma di negara-negara diatas banyak disebabkan oleh faktor perang, kemiskinan, minimnya akses, dan lain-lain. Indonesia sendiri tercatat memiliki 3 juta orang yang tergolong sebagai homeless people. Sebagian besar kasus di Indonesia disebabkan oleh bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, dan banjir.

        Sedangkan negara dengan tingkat tunawisma terendah adalah Jepang dengan 21 per tiap 100.000 orang. Lalu disusul dengan Korea Selatan dengan 50 per 100.000 orang, kemudian Prancis dengan 58 per 100.000 orang, Jerman dengan 94 per 100.000 orang, dan Spanyol dengan 106 per 100.000 orang.

        Jika melihat data perbandingan di atas, sebenarnya masih banyak negara dengan tingkat tunawisma yang lebih tinggi daripada Amerika Serikat (1.714 per 100.000). Namun, statusnya sebagai negara adidaya, dan tingginya tingkat tunawisma jika dibandingkan dengan negara maju lainnya, membuat isu ini di sana menjadi perhatian khusus dan liputan hangat di berbagai media sosial di seluruh dunia.

        Tentunya, isu tunawisma ini menjadi masalah serius yang saat ini terjadi pada tingkat global. Pemerintah setempat hendaknya membuat kebijakan-kebijakan strategis untuk menangani permasalahan ini. Antara lain dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas untuk menekan angka kemiskinan sebagai sumber masalah terbesar bagi isu tunawisma. Kemudian menciptakan akses layanan Kesehatan fisik maupun mental yang lebih terjangkau. Membuat regulasi tentang harga perumahan yang bisa mempermudah orang-orang untuk menyewa atau membeli rumah. Serta dalam kasus AS sendiri, pengawasan tentang peredaran obat-obatan dan alkohol perlu diperketat mengingat sumbangsihnya yang besar terhadap isu ini.

Penulis : Ahmad Syah Alfarisi
Editor : Sobrun Jamil

Sumber :
https://earthweb.com/how-many-homeless-in-los-angeles/
https://www.humanrightscareers.com/?s=Relationship+breakdown


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak