Tanah Air dan Kesibukannya

Sumber : https://retizen.republika.co.id/

Melangkah tua tanah airku
Setiap jejak membawa harap dan beban
Mendayung lautan yang biru nan menggoda
Rindu merah jambu di bibir senja perlahan terlukis

Porak-poranda agama terhempas ombak mengganas
Tenggelam dalam samudra keserakahan yang ganjil
Politik terbelah, pertarungan tak berkesudahan
Pemain-pemain busuk dalam tarian kepalsuan yang menggelisahkan

Tikus berdasi merayap di lorong kekuasaan yang tersembunyi
Sementara rakyat meraih sejumput harapan yang terkatup
Di tengah krisis dan keruwetan, deru perjuangan tak padam
Hati kita menanti kicau burung keadilan yang menyejukkan

Demi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat" yang terkumandang
Kita nyaringkan suara yang bergema di setiap sudut
Namun, reduplah echo yang tak lagi membangkitkan, teredam oleh kebohongan
Menghilang di balik tirai pembualan yang tak kunjung mereda

Katanya negara demokrasi, tapi apa yang kudapat?
Terjepit intimidasi dan ancaman yang menggerogoti
Tanah air... Tanah air...
Pulau Jawa dimainkan, alasan tak masuk akal terkuak

Pergeseran ibukota, utopia palsu yang terombang-ambing tak berdaya
Sementara masalah negeri tak teratasi, beban semakin merajalela
Terpukau akan kebobrokan yang bersemi dengan glamor palsu
Berita palsu berkibar, kejujuran terlupakan, kebenaran terzalimi

Tanah air... Tanah air...
Hingga kapan engkau terperangkap dalam penjara tak berdinding?
Kami berdiri bersama, menghadapi badai yang mendera
Menuntut keadilan, menghapus kesewenang-wenangan dengan semangat berapi-api

Apapun yang dikatakan, keadilan tetap berharga, sebagai bendera perjuangan kita


Penulis: Mirtha Mukharomah
Editor: Muhammad Rangga


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak