Limonlu Kolonya dalam Tradisi Turki, Parfum atau Antiseptik?

Sumber: milliyet.com.tr
        Menurut kalian, apa hal menarik saat sedang menggunakan bis transportasi umum di Turki? Bagi penulis, hal yang menarik perhatian adalah ketika petugas bis seringkali menuangkan cairan semacam hand-sanitizer ke tangan kita. Mungkin, awalnya kita mengira ini hanya semacam cairan yang digunakan sebagai bagian dari protokol Covid saja. Tapi ternyata tidak, saat ini pun —ketika Covid sudah tidak lagi terdengar— cairan ini masih saja dapat ditemui di setiap bis yang kita tumpangi atau bahkan mobil pribadi. Selain pada transportasi umum, rupanya orang Turki juga sering menyambut para tamu dengan menuangkan cairan ini ke tangan mereka, seperti di kantor, di sekolah, di restoran, di salon, dan di berbagai tempat hampir bisa dipastikan cairan ini selalu tersedia. Sebenarnya, cairan apa sih yang dimaksud dan kenapa hampir selalu ada di semua tempat?

        Mari kita berkenalan dengan Limonlu Kolonya, yang ternyata sudah dipakai secara umum oleh masyarakat Turki sejak akhir masa Kesultanan Utsmani. Sebenarnya, ada banyak jenis aroma kolonya atau cologne yang tersebar di Turki, seperti rosemary, lavender, dan jeruk Bargamot. Namun, Limonlu Kolonya atau kolonya beraroma lemonlah yang paling banyak digunakan hingga saat ini.

        Sejarah kolonya atau cologne tidak diketahui secara pasti, namun menurut berbagai sumber, cologne pertama kali dibuat oleh seorang pedagang keliling asal kota Köln, Jerman yang bernama Jean Paul Feminis pada tahun 1690. Kemudian, Feminis meninggalkan resep tersebut pada seseorang bernama Giovanni Antonio Farina, yang kemudian menyerahkannya kepada sang keponakan bernama Giovanni Maria Farina. Maka pada tahun 1709, Maria-lah yang memulai produksi cologne serta memberinya nama ‘Eau de Cologne’ atau ‘Air dari kota Köln’.

Sumber: koeln.de
        Yups, nama cologne sendiri berasal dari kota pertama parfum ini dibuat. Dari sinilah produksi cologne mulai tersebar ke penjuru dunia, tak terkecuali Turki. Diketahui bahwa kolonya atau cologne pertama kali masuk Turki pada masa Sultan Abdülhamid II. Ahmad Faruki adalah orang yang pertama kali memproduksi kolonya di Turki dan dari sini, kolonya dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru Turki. Bahkan, beberapa daerah memiliki jenis khas kolonya-nya sendiri. Seperti Izmir dengan altın damlası, Rize dengan çay kolonyası, Antalya dengan turunç çiçeÄŸi kolonyası-nya, dan masih banyak lagi. Kolonya dapat menyebar dengan mudah di negeri ini karena produksi yang mudah dan biayanya murah.

        Kolonya telah menjadi bagian dari ritual keramahtamahan masyarakat Turki kepada tamu sejak dulu hingga saat ini. Nah, menariknya, kolonya yang dipakai di Turki memiliki fungsi yang berbeda dari Eau de Cologne, yang umumnya dipakai sebagai parfum di negara lain. Kolonya di Turki lebih sering digunakan sebagai antiseptik karena memang komposisinya yang berbeda dari cologne kebanyakan. Limonlu Kolonya yang biasa dipakai oleh masyarakat Turki, sebagian besar komposisinya terdiri dari Ethanol atau Etil Alkol dalam Bahasa Turki, lalu ditambah dengan sari lemon dan air. 

        Ethanol merupakan bahan dasar dari disinfektan sehingga cairan ini berfungsi juga untuk membersihkan tangan kita dari bakteri. Selain itu, harumnya aroma lemon memberikan efek segar dan rileks kepada pemakainya. Tapi, jangan terlalu sering dipakai ya! Sebab, kolonya dapat membuat kulit kering walau bermanfaat untuk membersihkan kuman. Jadi untuk mencegah itu, kita bisa menggunakan pelembab lagi setelah kolonya-nya kering. Sedikit himbauan, tidak semua kolonya punya komposisi yang sama, maka penting untuk melihat bahan-bahan yang tertulis di produknya terlebih dahulu.

        Setidaknya dua tahun lalu ketika Covid merajalela, permintaan (demand) pada cairan ini naik drastis karena pemerintah menganjurkan pemakaian kolonya untuk pencegahan virus Corona. Namun sekarang meski Covid sudah mereda, rakyat Turki tetap rutin memakai Limonlu Kolonya untuk membantu menjaga kesehatan dan kehigienisan mereka. Bahkan bisa dibilang, Limonlu Kolonya ini sudah menjadi bagian dari kultur masyarakat Turki yang memang layak untuk dijaga.

Referensi:

Penulis: Ahmad Syah Alfarisi
Editor: Baira Rahayu

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak