Buku ini bisa dibilang merupakan salah satu buku psikologi terbaik karena bahasa yang mudah dipahami semua kalangan. Kondisi mental yang dimaksud di dalam buku “Filosofi Teras” ini tidak hanya membahas kesehatan mental, tetapi juga membahas tentang bagaimana cara mengontrol diri agar tetap jernih berpikir sehingga psikis pribadi tetap sehat, dan mampu mengendalikan emosi yang berlebihan. Buku ini, juga mampu memberikan pandangan luas terhadap pemikiran suatu masalah agar terhindar dari gangguan psikis dan juga depresi.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa penyebab emosi negatif atau kecemasan yang berlebihan disebabkan oleh rasio atau pola pikir yang keliru. Penulis menyarankan para pembaca untuk memperbaiki pola pikir yang keliru, yang pada buku tersebut kemudian diterjemahkan sebagai "Filsafat Teras" dalam sederhana dengan inti dikotomi kendali nasib manusia, sehingga dari dikotomi tersebut, dengan salah satu contohnya adalah menerapkan filsafat Stoa (Stoikisme) kehidupan sehari-hari. Dalam buku tersebut, filsafat Stoa digambarkan secara kendali tersebut, manusia dapat menentukan hal-hal yang dapat membuatnya bahagia maupun tidak.
“Positive thinking "menipu" pikiran kita, beranggapan seolah-olah kita sudah mencapai apa yang kita inginkan, sehingga melemahkan keuletan kita dalam berusaha mencapainya."
"Namun, sebaliknya, sekadar menyuruh orang berpikir realistis saja juga tidak memberikan hasil yang lebih baik.”
Salah satu bab atau ajaran yang paling menarik dan bermanfaat bagi pembaca Filosofi Teras, yaitu ajaran dikotomi kendali. Dikotomi kendali adalah sebuah ajaran yang menjelaskan bahwa dalam hidup ada hal yang dapat kita kendalikan dan ada yang tidak dapat kita kendalikan. Jika hidup hanya berfokus pada apa yang dapat kita kendalikan maka kita akan bahagia. Namun, apabila hanya memikirkan apa yang tidak dapat kita kendalikan, maka itulah penyebab kita tidak bahagia. Jika kita menggunakan prinsip ini maka dapat membantu kita untuk tidak mudah khawatir, terhadap suatu hal atau kejadian yang sudah terjadi ataupun yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Dalam pandangan filsafat stoa, definisi bahagia adalah ketika kita hidup bebas dari emosi negatif, bukan saat banyak memiliki emosi positif. Dengan adanya emosi negatif yang terus bersarang pada diri manusia maka bisa menyebabkan timbul rasa khawatir dan cemas yang berlebihan. Timbulnya rasa khawatir biasanya disebabkan oleh opini yang tidak rasional ataupun opini dari orang lain. Padahal, opini orang lain adalah salah satu hal yang tidak dapat kita kendalikan. Oleh karena itu, sebaiknya kita mulai bisa menerima hal-hal yang bukan dalam kendali kita agar dapat mengurangi rasa cemas sehingga tidak menyebabkan stres. Ketika kita mulai merasakan emosi negatif, kita dapat melakukan langkah- langkah S-T-A-R (Stop, Think & Assess, Respond) untuk mengatasinya.
Secara keseluruhan bab dari buku “Filosofi Teras” yang ditulis oleh Henry Manampiring ini terdapat quotes yang menurut saya cukup menarik untuk diambil,
"Kita tidak bisa memilih situasi kita, tetapi kita selalu bisa menentukan sikap (attitude) kita atas situasi yang sedang dialami.”-Henry Manampiring
Penulis: Annisa Epriliana Putri
Editor: Muhammad Rangga