Pemilihan Umum Ketua PPI Turki: Bukti Rendahnya Minat dan Partisipasi Aktif Pelajar Indonesia di Turki dalam Pesta Demokrasi


Beberapa waktu lalu telah diadakan proses Pemilihan Umum (Pemilu) Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki. Pada pemilu kali ini, diikuti setidaknya oleh tiga calon ketua PPI Turki di antaranya sebagai berikut:

Pertama, Naufal Ubaidillah merupakan perwakilan dari PPI Istanbul, yang memiliki tagline “Kompak Mendunia, Bugün Burada, Yarın Dünyada”. Ia memiliki visi, menjadikan PPI Turki sebagai Rumah Peradaban bagi pelajar Indonesia di Turki yang membela kepentingan pelajar, membangun kepemimpinan pelajar, dan menumbuhkan jejaring internasional pelajar dalam rangka berperan mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Selain itu, ia memiliki misi di antaranya; kompak, yakni menguatkan dan menyelaraskan gagasan kepemimpinan dan good governance internal PPI Turki dengan prinsip kebersamaan; mendunia, yakni menyiapkan ekosistem di mana para pelajar Indonesia di Turki bisa memperluas jejaring, ber-diskursus, dan berkarya bersama para pelajar dari berbagai negara.

Sumber: Media KPU PPI Turki

Tak hanya itu, ia juga bertekad untuk melaksanakan continuous improvement dalam keorganisasian PPI Turki. Sementara itu, beberapa program unggulan yang ia canangkan adalah sebagai berikut: (1) Pioneer Club: Pelatihan leadership dan career coaching clinic yang terdiri dari beberapa sesi yang diselenggarakan oleh PPI Turki dan terbuka untuk peserta dari berbagai negara.

(2) Write & Be Eternal: Pelatihan menulis tulisan akademis maupun non-akademis, fiksi maupun non-fiksi yang diselenggarakan oleh PPI Turki dan terbuka untuk peserta dari berbagai negara. (3) Indonesian Art Gallery: Program pameran galeri seni khas Indonesia. (4) Sunday Tea: Program diskusi informal yang bertujuan untuk menghubungkan antara mahasiswa Indonesia dan negara-negara lain di Turki dalam suasana yang hangat, santai, dan nyaman.

(5) Country Specialization: Program pembelajaran yang terfokus pada sebuah negara di Balkan dan Timur Tengah mengenai sejarah, sosial, politik, dan kebudayaannya. Terdiri dari beberapa sesi pelatihan dan kunjungan ke negara yang dimaksud. (6) Model United Nations: Program yang merupakan lanjutan dari periode kepemimpinan PPI Turki sebelumnya, disempurnakan dengan revitalisasi partnership dengan berbagai lembaga dan perhimpunan pelajar dari berbagai negara yang ada di Turki.

(7) PPI Turki Gavel Club: Program latihan public speaking rutin yang akan dilaksanakan dalam rentang waktu yang akan disepakati lebih lanjut, bertujuan meningkatkan kepercayaan diri pelajar dalam mengaktualisasikan kemampuan intelektual dalam sebuah forum internasional. (8) World Cup: Kejuaraan olahraga di berbagai cabang olahraga (football, basketball, volleyball, badminton, chess, tennis, e-sport). Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh PPI Turki dan akan diikuti oleh pelajar dari Indonesia dan berbagai negara yang sedang menjalani studi di Turki.

(9) Civilization Cradle Club: Forum diskusi mengenai buku yang disepakati oleh para peserta, yang diselenggarakan oleh PPI Turki dan terbuka untuk peserta dari berbagai negara. (10) Speak More Languages: Program Pendidikan Bahasa asing meliputi berbagai Bahasa yang disesuaikan dengan SDM yang ada di PPI Turki dan lembaga yang bekerjasama dengan PPI Turki, terbuka untuk peserta dari berbagai negara.

Sumber: Media KPU PPI Turki

Kedua, Adam Syaikhul Akbar yang berasal dari PPI Sakarya. Memiliki visi menjadikan PPI Turki yang kolaboratif dan berintelektual demi menyongsong Indonesia Emas 2045. Selain itu, ia memiliki beberapa misi di antaranya; kolaboratif, yakni pengoptimalan pembagian peran antar elemen pendukung di wilayah PPI Turki; berintelektual, yakni mendorong semangat akademis di wilayah PPI Turki; pengabdi, yakni menjadi kolaborator negara dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dalam lingkup PPI Turki.

Adam memiliki beberapa program unggulan di antaranya sebagai berikut: (1) Training of Trainers (ToT) mini TÖMER & Academic group berkolaborasi dengan PPI Wilayah. (2) Human Skill Improvement by PPI Turki. (3) Connecting Indonesia by PPI Turki.

Sumber: Media KPU PPI Turki

Ketiga, Muhammad Hafidz Ramadhani yang berasal dari PPI Bandirma. Ia memiliki visi menjadikan PPI Turki sebagai ekosistem yang mampu berdaya saing dari segi akademik, pendidikan, dan hubungan diplomatik.

Untuk merealisasikan visi tersebut, ia memiliki misi di antaranya; membangun kesadaran terhadap kebutuhan terkini sebagai anggota PPI Turki; membentuk dan membangun kesadaran terhadap karakteristik, identitas, dan jati diri pelajar beserta organisasi; mendorong anggota agar lebih aktif dalam membangun segala bentuk hubungan baik resmi maupun tidak resmi.

Tak hanya itu, ia juga memiliki misi memelihara hubungan sesama anggota di berbagai tingkat. Kemudian juga akan membuka peluang-peluang yang dapat meningkatkan kemampuan anggota PPI Turki. Pria yang kerap disapa Maher ini memiliki beberapa program unggulan di antaranya sebagai berikut: (1) Melanjutkan program kerja yang dianggap layak dan meningkatkan kualitasnya.

(2) Ada apa dengan PPI? Ini merupakan program yang bertujuan untuk mendengarkan dan memecahkan problematika yang ada di anggota PPI. (3) Penguatan Program akademik, seni dan budaya. (4) Sowan, merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menguatkan silaturahmi antar pihak-pihak yang ada di PPI Turki. (5) Penguatan kegiatan-kegiatan diskusi di wilayah PPI Turki.

Sumber: nyaleg.id

Penjelasan detail mengenai para calon ketua PPI Turki beserta visi, misi, dan program unggulannya, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan penulis yakin hanya sebagian kecil saja pelajar Indonesia di Turki yang mengetahui secara detail terkait hal ini. Sebagian besarnya acuh tak acuh atau cenderung bodo amat dalam mengikuti perkembangan dunia per-PPI-an yang sedang terjadi.

Pada tulisan ini, penulis tidak akan melaporkan hasil rekapitulasi suara Pemilu PPI Turki karena, tentu saja, tugas tersebut sudah diemban oleh KPU PPI Turki. Penulis hanya akan melaporkan sedikit terkait prosesi Pemilu PPI Turki yang ternyata sebagian besar pelajar Indonesia di Turki memilih untuk tidak menggunakan hak suaranya.

Hal ini terbukti dari hasil pemungutan suara sementara yang telah dipublikasikan KPU PPI Turki. Berdasarkan hasil unggahan tersebut, diketahui bahwa dari seluruh wilayah PPI Turki yang ada, tingkat partisipasinya tidak ada yang melebihi 50% plus satu. Bahkan rata-rata persentase mereka yang menggunakan hak suaranya berada jauh dibawah 50%.

PPI Ağrı merupakan satu-satunya PPI wilayah yang tingkat partisipasinya mencapai 50%. Sedangkan PPI Trabzon menjadi yang terendah dengan tingkat partisipasi hanya mencapai 11% diikuti PPI Istanbul yang juga hanya memiliki tingkat partisipasi 15%. Tentu saja, hal ini merupakan kabar buruk bagi keberlangsungan dan keberlanjutan PPI Turki ke depannya.

Sumber: Media KPU PPI Turki

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelajar Indonesia di Turki tidak ingin terlibat atau bahkan tidak peduli dengan eksistensi perhimpunan yang seharusnya bisa menjadi wadah berproses para pelajar Indonesia di Turki.

Bahkan, kabarnya Pemilu yang berlangsung di masing-masing PPI wilayah di lingkup kerja PPI Turki juga berjalan monoton dan gitu-gitu saja. Tak hanya itu, apabila kita amati dengan seksama, hampir di seluruh PPI wilayah, kontestasi ini hanya dijadikan sebagai rutinitas tahunan yang seolah-olah cukup dijalani dan dikerjakan. Oleh karena itu, tidak ada dinamika, dialektika, dan persaingan yang cukup menarik di sana.

Sebagai agen perubahan, yang katanya diharapkan kontribusinya di era Indonesia Emas 2045, penulis terpaksa harus mengatakan bahwa ini merupakan awal yang buruk, yang apabila tidak segera diatasi dan dicari solusinya, akan menjadi penyakit yang lama-kelamaan akan menggerogoti habis perhimpunan yang sudah susah payah dibentuk oleh para founding father.

Terakhir, penulis ingin mengutip pesan Bertolt Brecht (1898-1956), seorang penyair Jerman yang hidup di abad ke-19, “Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik.”


Penulis: Fikri Amiruddin
Editor: Baira Rahayu

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak